Kamis, 26 Maret 2015

Catch You - Lomba Menulis #CreativityIsGreat

               To Sherlock Holmes, She is always the Woman.’

            Hanya itu kalimat yang tertulis di atas selembar kartu pos tanpa nama yang dikirim ke rumahku. Di baliknya, terdapat gambar sebuah bangunan bergaya victorian style bertuliskan THE SHERLOCK HOLMES MUSEUM. Sudut-sudut bibirku tertarik membentuk segaris senyuman. Tentu saja aku tau dengan jelas siapa yang mengirimnya. Dia.

            Dan sekarang – tepat satu bulan sejak kartu pos itu sampai di tanganku, berada disinilah aku, di sebuah bangunan bergaya victorian style bertuliskan THE SHERLOCK HOLMES MUSEUM dengan alamat klasik 221b Baker Street, London. Perwujudan nyata dari karya termahsyur Sir Arthur Ignatius Conan Doyle.

            Aku tidak berharap ada dia disana yang akan menyambut kedatanganku, tapi aku juga tidak menyangka bahwa ternyata jejaknya berada disana untuk menyambutku.

            “It’s totally like he said, that you’ll come and i’ll meet you here. Lady, I have something for you.”, ucap pemandu museum – wanita paruh baya yang berperan sebagai Mrs. Hudson – ramah padaku, sesaat sebelum semua pengunjung dipersilahkan berkeliling. Melalui ia-lah aku kemudian mendapatkan kartu pos keduaku. Kartu pos bergambar sebuah toko buku dengan papan nama THE NOTTING HILL BOOKSHOP, yang di baliknya bertuliskan,

            ‘After all.. I’m just a boy, standing in front of girl, asking her to love him

            Tanpa sadar aku tertawa kecil, membaca kalimat yang pernah diucapkan Anna Scott dalam film Notting Hill, yang kali ini dituliskan-nya dalam bahasanya sendiri.
Petunjuk kedua.

Aku pun kembali melangkahkan kakiku menelusuri kota London, kali ini menuju ke sebuah toko buku yang dari namanya saja kita tahu terinspirasi dari film box office hollywood, Notting Hill. Toko buku ini dibuka menggantikan ‘The Travel Bookshop’ – toko buku yang merupakan tempat pertemuan pertama tokoh protagonis di film Notting Hill – setelah ditutup dan berganti kepemilikan. ‘The Notting Hill Bookshop’ terletak di Portabello Market yang berada di daerah barat London.

Memasuki toko ini seperti memasuki alam khayalku sendiri, membayangkan seandainya ada dirinya disana, seperti sosok William, yang tengah menyambutku dengan sebuah senyuman hangat.

Tapi seperti yang sudah kuduga, yang menyambutku lagi-lagi adalah wajah asing, yang kali ini menjadi pengantar Petunjuk ketiga-ku. Sebuah buku klasik karya Shakespeare yang berjudul ‘A Midsummer Night’s Dream’, yang di halaman depannya terdapat tulisan yang berbunyi,

Love’s stories written in love’s richest books. To fan the moonbeams from his sleeping eyes.

            Seperti dirinya yang menyukai petualangan, aku menikmati petunjuk-petunjuknya. Jadi, kali ini kususuri langkahku menuju Shakespeare’s Globe Theatre London, sambil membayangkan jejak mana lagi yang telah ia tinggalkan untukku.

            Saat aku sedang mengantri untuk membeli tiket masuk pertunjukan ‘A Midsummer Night’s Dream’, salah seorang petugas ticketing mengenali wajahku, dan dengan riangnya gadis muda itu berkata, “Oh my, It’s you! Darling, you know what? I have something for you.”

Ia menyodorkan sebuah amplop biru kepadaku. Awalnya kupikir itu adalah Petunjuk keempat, tapi setelah kubuka amplop biru itu, ternyata yang berada di dalamnya adalah sebuah voucher Shakespeare's Globe Exhibition & Sparkling Afternoon Tea.

Aku tak kuasa kembali tersenyum, kali ini mengingat sosoknya yang dahulu pura-pura tak mendengar setiap kali aku bercerita tentang impianku menikmati Afternoon Tea di negeri King Arthur selayaknya Anna, the 7th Duchess of Bedford. In fact, he heard it so well, didn’t he?

Selesai menikmati Shakespeare’s Globe Exhibition, maka kuterima treat secara tidak langsung darinya, menikmati hidangan Afternoon Tea-ku yang terdiri dari segelas Prosecco – anggur putih dari italia utara, beberapa pilihan sandwiches, cakes dan scone yang disusun dengan cantik dan dilengkapi dengan selai dan cream, serta tidak lupa dilengkapi dengan Cammomile Tea with Raw Honey – favoritku.

Bisa kubayangkan apa yang akan ia katakan kalau saja ia ada disini bersamaku, melihatku menikmati segala yang ia tinggalkan untukku dengan wajah sumringah.

“you like this, don’t you? That’s why i’ve said, My Creativity is Great!”, dengan wajah sombongnya ia pasti akan berkata demikian.

Namun setelah semuanya usai, kusadari aku kembali mempertanyakan, dimanakah gerangan Petunjuk Keempatku?

Segenap perasaan resah mulai merasukiku, menginginkan petunjuk yang lebih dan lebih lagi darinya. Tapi tak ada petunjuk apapun, dan aku bahkan tak tau kepada siapakah aku harus bertanya tentang petunjuk-petunjuk itu.

Maka akhirnya aku kembali ke hotel tempatku menginap, sendirian termenung di dalam kamar yang berisi perabotan berwarna putih susu.

Kuamati segala penjuru kamar seraya memikirkan apa yang kira-kira bisa kujadikan petunjuk untuk menemukan tujuanku melangkah di hari esok. Sampai kemudian aku teringat akan Camomile Tea yang sebelumnya kuminum. Camomile Tea with Raw Honey.

HoneyMadu.

Segala perasaan resah yang sebelumnya merasukiku langsung lenyap tak tersisa, digantikan perasaan lega. Akhirnya kutemukan jawaban dari teka-tekinya.

Esok paginya, segera setelah matahari terbit dan memancarkan sinarnya ke segala penjuru london, kembali kulanjutkan perjalananku, kali ini menuju Costwolds, kawasan menawan yang terletak sekitar 160 kilometer di barat London yang memiliki pemandangan lanskap yang bergelombang, perbukitan yang diselimuti pepohonan, kebun-kebun yang membentang, serta terdapat desa-desa di dalamnya yang sudah ada sejak abad pertengahan dengan bangunan-nya yang khas yang terbuat dari batu kapur berwarna madu.

Tempat yang selama ini hanya bisa kubayangkan keindahannya dari cerita-cerita yang ia sampaikan kepadaku.

Aku terus berjalan tanpa mengenal lelah hingga akhirnya aku pun sampai ke tempat tujuan utamaku, Calcot Manor yang berada di kawasan Tetbury.

Saat kumasuki lobby hotel berisi 35 kamar yang menyerupai rumah kebun itu, tanpa sadar air mata jatuh dari pelupuk mataku, dan kakiku yang sebelumnya kuat melangkah pun langsung terasa lemas.

Dia yang selama ini memberikan petunjuknya padaku, kini berada tepat di hadapanku, berwujud sebuah lukisan besar yang digantung di tengah lobby hotel, mengamatiku dari balik karyanya yang selama hidup selalu ia banggakan.

Karya terakhir dari kekasihku yang kini telah tiada.

Seorang petugas hotel yang juga adalah sahabatku, laura, langsung berlari kecil menghampiriku dan memelukku erat.

“Welcome to your last Journey, Sweetheart. Do you enjoy his guidance?”

            Kuhapus air mataku dan mengangguk seraya tersenyum. Laura lalu memberikan sebuah kartu pos tanpa gambar padaku, dengan tulisan tangan di baliknya.

            “he want you to read this.”

            Maka kubaca tulisan tangan itu,

            ‘Let today be the day you learn the grace of letting go and the power of moving on. Thankyou for the memories.

            Dan, sekali lagi, aku tersenyum.

***

Karakter Favorit : Daenerys Targaryen
Alasan : Karena dia wanita, dan dia mengalami beragam hal-hal yang sulit dan menyakitkan, tapi dia tetap kuat dan belajar memahami arti semua itu.

0 komentar:

Posting Komentar

 

J U S T M Y S M A L L R O O M Template by Ipietoon Cute Blog Design